Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life

Published on by Johanes Gultom

Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life - Dominannya porsi produk tradisional pada pertumbuhan bisnis baru industri asuransi jiwa diperkirakan masih berlanjut pada semester II/2015.

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia mencatat pada kuartal II/2015 pertumbuhan total premi mencapai 26,6%, yakni sebesar Rp67,82 triliun pada kuartal kedua 2014 menjadi Rp 53,58 triliun.

Dari total pendapatan itu, 57,8% merupakan total pendapatan premi bisnis baru, yang berhasil tumbuh sebesar 28,2% menjadi Rp39,19 triliun. Sedangan lainnya merupakan pendapatan premi lanjutan yang juga mengalami peningkatan sebesar 24,4% menjadi Rp28,63 triliun.

Untuk realisasi bisnis baru pada periode tersebut, porsi produk tradisional mencapai 54,1% dan 45,9% lainnya merupakan produk unit link. Namun, secara keseluruhan AAJI mencatat porsi produk unit link masih mendominasi, yakni hingga 55,4% dibandingkan 44,6% porsi produk tradisional.

Presiden Direktur PT Asuransi Jiwa BCA (BCA Life) Christine Setyabudhi mengungapkan lebih tingginya porsi produk tradisional sepanjang kuartal II/2015 menandakan meningkatknya kesadaran masyarakat akan pentingnya jaminan masa depan melalui asuransi jiwa.

Kondisi itu, jelasnya, cukup berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, beberapa tahun belakangan dinilai menjadi masa keemasan bagi produk unit link di industri asuransi jiwa.

“Customer sudah semakin jeli melihat asuransi. Mereka sudah semakin pintar dan sadar, memanfaatkan produk tradisional sungguh untuk perlindungan,” jelasnya kepada Bisnis.com, Selasa (22/9/2015).

Christine memperkirakan dominasi produk tradisional pada pertumbuhan bisnis baru akan berlanjut pada semester II/2014. Selain meningkatnya literasi jasa keuangan, dia menilai masih volatilnya pasar modal menjadi penyebabnya. Namun, dia menilai secara kumulatif porsi produk unit link masih akan mendominasi industri asuransi jiwa.

Peristiwa jatuhnya crane di Masjidil Haram mengingatkan kita bahwa sesungguhnya risiko itu dapat terjadi kapan pun, dimana pun dan bisa menimpa kepada siapa pun tanpa pandang bulu. Para korban dari Indonesia yang meninggal pada kecelakaan tersebut mendapat santunan dari perusahaan asuransi syariah, produk yang mereka beli adalah asuransi jiwa dan kecelakaan diri untuk jamaah haji, produk ini memberikan memberikan perlindungan bagi jemaah haji dan petugas haji atas risiko meninggal dunia karena sebab sakit atau kecelakaan serta risiko Cacat Tetap Total dan Sebagian. Masa perlindungan asuransi berlaku sejak jemaah haji atau petugas meninggalkan rumah menuju embarkasi, selama dalam perjalanan ke tanah suci sampai kembali lagi ke rumah. Asuransi itu sangat penting dimiliki untuk berjaga-jaga dari berbagai risiko yang mungkin terjadi.

Adi Pramana, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) mengatakan bahwa sebenarnya konsep utama dari asuransi syariah adalah saling tolong menolong antara peserta, jadi yang sehat menolong yang sakit, yang “beruntung” membantu saudaranya yang “kurang beruntung”. Mekanisme risk sharing ini sejalan dengan perintah Rasulullah SAW untuk saling membantu sesama muslim yang sedang ditimpa kemalangan. Asuransi kini semakin terjangkau dengan hadirnya produk asuransi mikro, di AASI sedang dikembangkan produk asuransi mikro bernama SiBijak, kontribusi/preminya hanya sebesar Rp 50.000 per tahun, info lengkapnya dapat ditemukan dihttp://sibijak.aasi.or.id.

Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life Selain itu berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), jumlah tertanggung individu asuransi jiwa sampai kuartal kedua tahun ini mencapai 16,60 juta, meningkat dibandingkan dengan jumlah tertanggung individu per kuartal kedua tahun 2014 yang 11,30 juta orang. Kenaikan signifikan 46,9% ini menunjukkan bahwa asuransi jiwa sudah merupakan suatu kebutuhan bagi seseorang untuk perlindungan atau proteksi diri. Data AAJI mengenai kinerja asuransi jiwa di semester pertama 2015 menunjukkan bahwa pertumbuhan total pendapatan premi asuransi jiwa mencapai 26,6 persen, meningkat dari Rp 53,58 triliun di periode yang sama di 2014 menjadi sebesar Rp 67,8 triliun.

Menurut Togar Pasaribu, Pjs. Direktur Eksekutif AAJI, saat ini terjadi semacam kontradiksi, yakni pertumbuhan ekonomi melemah namun premi asuransi jiwa justru meningkat. “Sehingga menurut saya, belum tentu pertumbuhan premi asuransi jiwa itu berbanding lurus dengan pertumbuhan perekonomian. Karena dalam kondisi apapun, asuransi dibutuhkan oleh masyarakat. Termasuk dalam kondisi perekonomian yang melambat seperti ini. Sebagai contoh, soal kesehatan. Dalam kondisi perekonomian tumbuh tinggi maupun melemah seperti saat ini, orang yang sakit perlu berobat. Sehingga asuransi kesehatan tetap diperlukan,” katanya.

Sosialisasi mengenai pentingnya berasuransi dan merencanakan keuangan ini menjadi kerja besar yang dilakukan secara bersama oleh regulator (Otoritas Jasa Keuangan) dan pelaku industri asuransi di bawah payung Dewan Asuransi Indonesia.

Dewan Asuransi Indonesia (DAI) mengungkapkan premi asuransi jiwa trennya meningkat di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi yang cenderung melemah.

Menurut Direktur Eksekutif DAI Togar Pasaribu, pertumbuhan premi asuransi jiwa itu tidak goyah meskipun perekonomian sedang mengalami guncangan. Karena dalam kondisi apa pun, asuransi dibutuhkan oleh masyarakat.

Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life “Termasuk dalam kondisi perekonomian yang melambat seperti ini. Sebagai contoh, soal kesehatan.
Dalam kondisi perekonomian tumbuh tinggi maupun melemah seperti saat ini, orang yang sakit perlu berobat. Sehingga asuransi kesehatan tetap diperlukan," katanya seperti dikutip dari Antara di Jakarta, Selasa (22/9/2015).

Berdasarkan data AAJI, jumlah tertanggung individu asuransi jiwa sampai kuartal kedua tahun ini mencapai 16,60 juta, meningkat dibandingkan dengan jumlah tertanggung individu per kuartal
kedua 2014 yang 11,30 juta orang.

"Kenaikan signifikan 46,9 persen ini menunjukkan bahwa asuransi jiwa sudah merupakan suatu kebutuhan bagi seseorang untuk perlindungan atau proteksi diri," katanya.

Bahkan, tambahnya, data AAJI mengenai kinerja asuransi jiwa di semester pertama 2015 menunjukkan bahwa pertumbuhan total pendapatan premi asuransi jiwa mencapai 26,6 persen, meningkat dari Rp53,58 triliun di periode yang sama di 2014 menjadi sebesar Rp67,8 triliun.

Sementara itu, menurut Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Adi Pramana, kebutuhan proteksi itu tidak mengenal kondisi perekonomian suatu negara karena yang namanya risiko dapat terjadi kapan pun, dimana pun dan bisa menimpa kepada siapa pun tanpa pandang bulu.

"Asuransi itu sangat penting dimiliki untuk berjaga-jaga dari berbagai risiko yang mungkin terjadi," tegasnya.

Dia memberikan contoh, peristiwa jatuhnya crane di Masjidil Haram yang menewaskan sejumlah jamaah calon haji, termasuk dari Indonesia.

"Para korban dari Indonesia yang meninggal pada kecelakaan tersebut mendapat santunan dari perusahaan asuransi syariah," tukas dia.

Ia menyebutkan, produk yang mereka beli adalah asuransi jiwa dan kecelakaan diri untuk jamaah haji. Produk ini memberikan memberikan perlindungan bagi jemaah haji dan petugas haji atas risiko meninggal dunia karena sebab sakit atau kecelakaan serta risiko cacat tetap total dan sebagian.

Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life "Masa perlindungan asuransi berlaku sejak jemaah haji atau petugas meninggalkan rumah menuju embarkasi, selama dalam perjalanan ke tanah suci sampai kembali lagi ke rumah. Jadi, asuransi itu sangat penting dimiliki untuk berjaga-jaga dari berbagai risiko yang mungkin terjadi," katanya.

Published on Review

To be informed of the latest articles, subscribe:
Comment on this post